Editor’s Note – Good Indonesian Food /story Your guide to explore Indonesian cuisine Wed, 03 Apr 2019 13:13:20 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=4.9.10 Sering Membuat Orang Terkecoh, Ternyata Ini Asal-Usul Nama Bika Ambon /story/sering-membuat-orang-terkecoh-ternyata-ini-asal-usul-nama-bika-ambon/ /story/sering-membuat-orang-terkecoh-ternyata-ini-asal-usul-nama-bika-ambon/#respond Thu, 20 Apr 2017 03:13:04 +0000 /?p=9262/ Masyarakat Indonesia kerap memberikan nama untuk hidangan lokal dengan memasukkan nama daerah asalnya, misalnya dodol Garut, sate Madura, atau soto Betawi. Namun ternyata tak semua nama makanan harus tergantung pada teori ini. Ada satu penganan yang meskipun memakai nama sebuah daerah, ternyata bukan berasal dari daerah tersebut. Penganan tersebut adalah bika Ambon. Meski di namanya […]

The post Sering Membuat Orang Terkecoh, Ternyata Ini Asal-Usul Nama Bika Ambon appeared first on Good Indonesian Food.

]]>
Masyarakat Indonesia kerap memberikan nama untuk hidangan lokal dengan memasukkan nama daerah asalnya, misalnya dodol Garut, sate Madura, atau soto Betawi. Namun ternyata tak semua nama makanan harus tergantung pada teori ini. Ada satu penganan yang meskipun memakai nama sebuah daerah, ternyata bukan berasal dari daerah tersebut. Penganan tersebut adalah bika Ambon.

Meski di namanya terselip kata “Ambon”, bika ambon bukan makanan khas daerah di Indonesia Timur tersebut. Kue berwarna kuning ini justru merupakan makanan khas daerah Medan, Sumatera Utara. Nama bika, menurut sejarawan dan budayawan M. Muhar Omtatok, berasal dari kue khas Melayu, yaitu bingka atau bika. Kue ini kemudian dimodifikasi dengan diberi pengembang dari nira atau tuak enau sehingga menghasilkan kue berongga.

 

Kisah yang Simpang Siur

Asal-usul bika ambon di Medan masih simpang siur. Menurut beberapa sumber, kue ini adalah kue orang Portugis. Saat singgah ke Maluku, mereka turut memperkenalkan kue ini di sana. Orang Ambon yang menyukai kue ini kemudian membawanya ke Medan dan justru menjadi kue khas daerah tersebut. Ada pula yang mengatakan bahwa kue ini dijual pertama kali di Jalan Ambon Sei Kera, Medan, sehingga disebut bika ambon. Cerita lain menyebutkan bahwa seorang buruh transmigran asal Jawa-lah yang membuat kue ini. Saat itu, dia tinggal di daerah Amplas yang terbagi dua, yaitu “pabrik” yang dipenuhi pabrik pengolahan lateks dan “kebon” yang dipakai untuk menyebut barak tempat tinggal para pekerja. Transmigran ini membuat kue yang kemudian dijual ke Medan dan disukai orang-orang kota. Maka muncullah sebutan bika ambon yang merupakan singkatan dari “AMplas-keBON”.

Kini Tampil Variatif

Bahan utama bika ambon adalah tepung tapioka, telur, gula, pengembang, dan santan. Waktu pembuatannya pun tergolong lama, bahkan bisa mencapai 12 jam hingga semalaman untuk mendapatkan tekstur lembut yang diinginkan. Jika dulu orang hanya mengenalnya dengan warna kuning, kini bika ambon telah mengalami banyak perkembangan. Rasanya pun kian bervariasi, misalnya pisang, durian, keju, atau cokelat. Pada 1970-an, bika ambon kerap disajikan sebagai hidangan pencuci mulut untuk peneman es krim.

Salah satu kawasan di Medan yang cukup ramai oleh penjual bika ambon adalah Jalan Majapahit. Sejak 1980-an, daerah ini sudah dikenal sebagai sentra bika ambon dan menjadi destinasi wisata turis domestik maupun internasional yang ingin mencicipi kue khas Medan ini. Bahkan, pada hari raya, toko-toko ini bisa menjual hingga 1.000 bungkus yang umumnya menjadi oleh-oleh saat para turis kembali ke kota asal mereka.

The post Sering Membuat Orang Terkecoh, Ternyata Ini Asal-Usul Nama Bika Ambon appeared first on Good Indonesian Food.

]]>
/story/sering-membuat-orang-terkecoh-ternyata-ini-asal-usul-nama-bika-ambon/feed/ 0
Tak Hanya untuk Pengantin, Ini Makna Roti Buaya untuk Para Lajang /story/tak-hanya-untuk-pengantin-ini-makna-roti-buaya-untuk-para-lajang/ /story/tak-hanya-untuk-pengantin-ini-makna-roti-buaya-untuk-para-lajang/#respond Wed, 05 Apr 2017 05:30:30 +0000 /?p=9060/ Menelisik filosofi dibalik kehadiran roti buaya dalam sebuah acara pernikahan

The post Tak Hanya untuk Pengantin, Ini Makna Roti Buaya untuk Para Lajang appeared first on Good Indonesian Food.

]]>
Dalam acara pernikahan masyarakat Betawi, kita pasti sering melihat antaran berupa roti berbentuk buaya dari mempelai pria kepada mempelai wanita. Keberadaan penganan ini memang seakan sudah menjadi keharusan. Rupanya, bukan hanya sebagai bagian dari antaran, roti buaya sebagai makanan khas Betawi memiliki makna yang lebih dalam daripada itu.

Kini Hadir Dalam Berbagai Rasa Ukuran
Roti buaya selalu diantarkan secara berpasangan, yaitu laki-laki dan perempuan. Roti buaya perempuan umumnya didampingi roti buaya kecil yang menggambarkan anak buaya. Inilah yang membedakannya dari roti buaya laki-laki. Dulu, roti buaya umumnya tidak memiliki rasa, alias tawar. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, roti buaya diberi berbagai varian rasa agar dapat dimakan setelah acara usai. Ada cokelat, keju, ataupun selai, tergantung pesanan.

Ukuran roti buaya cukup besar, kira-kira sepanjang lengan orang dewasa. Namun, kini, roti buaya sudah dapat ditemui dalam bentuk kecil dan dikemas terpisah layaknya roti yang dijual secara satuan. Roti buaya kecil ini tentu bisa dipakai sebagai kudapan atau pengganjal perut saat lapar. Namun, tidak semua toko roti membuat dan menjual roti buaya karena biasanya roti buaya baru dibuat saat dipesan. Kini, roti buaya bisa Anda cari dengan mudah di pasar kue subuh, seperti Senen atau Blok M, lengkap dengan hiasan nampan dan pita.

roti buaya

Makna dan Filososi
Lalu, falsafah apa yang terkandung dalam roti buaya? Masyarakat Betawi percaya bahwa buaya adalah lambang kesetiaan karena hewan ini hanya menikah sekali dengan pasangannya. Diharapkan pengantin yang menerima roti buaya akan berbuat hal yang sama, yaitu selalu setia kepada pasangannya. Selain itu, buaya juga digambarkan sebagai hewan yang sabar. Sifat ini juga diharapkan terbawa ke dalam kehidupan para pengantin agar selalu sabar dalam menghadapi berbagai masalah. Dibalik keunikan bentuk makanan khas Betawi ini, tersimpan doa dan pengharapan yang baik juga.

Uniknya, selain kedua falsafah di atas, roti buaya yang dibawa pada saat pernikahan juga dapat dikonsumsi atau dibagikan kepada para tamu dengan syarat si penerima masih melajang. Pembagian roti ini dimaksudkan sebagai doa agar mereka segera menemukan jodoh. Tidak hanya itu, tradisi roti buaya juga sedikit banyak sudah mengalami pergeseran. Dulu, roti buaya dibuat untuk disimpan, bukan dimakan. Hal ini merupakan simbol layaknya roti yang makin lama makin habis karena dimakan belatung, begitu pula dengan cinta pasangan yang menikah akan terus bertahan hingga wafat kelak.

Melihat falsafah roti buaya yang begitu mendalam tersebut, masih relevankah ledekan “lelaki buaya” untuk menggambarkan pria yang suka menebar pesona?

Baca Juga:
6 Kedai Soto Betawi yang Wajib Anda Kunjungi
Jangan Lewatkan 5 Sajian Lezat ini di Jalan Sabang
Sate Taichan: Penantang Baru Penyuka Rasa Pedas

The post Tak Hanya untuk Pengantin, Ini Makna Roti Buaya untuk Para Lajang appeared first on Good Indonesian Food.

]]>
/story/tak-hanya-untuk-pengantin-ini-makna-roti-buaya-untuk-para-lajang/feed/ 0
Sering Dianggap Serupa, Ternyata Ini Bedanya Lotek dan Gado-Gado /story/sering-dianggap-serupa-ternyata-ini-bedanya-lotek-dan-gado-gado/ /story/sering-dianggap-serupa-ternyata-ini-bedanya-lotek-dan-gado-gado/#respond Tue, 07 Mar 2017 03:10:14 +0000 https://goodindonesianfood.com/?p=8385/ Dua penganan sehat yang tampil identik

The post Sering Dianggap Serupa, Ternyata Ini Bedanya Lotek dan Gado-Gado appeared first on Good Indonesian Food.

]]>
Jika orang luar negeri memiliki salad, Indonesia juga memiliki makanan serupa. Hadir tanpa minyak zaitun atau saus asam, salad khas Indonesia menjagokan berbagai jenis sayuran matang atau mentah yang disiram dengan saus kacang. Kita mungkin mengenalnya dengan berbagai nama, seperti gado-gado, lotek, karedok, hingga pecel. Lalu, untuk apa variasi nama tersebut jika hanya merujuk pada satu jenis makanan? Tentu saja ada bedanya! Kali ini, kami akan membahas sedikit mengenai lotek dan gado-gado serta perbedaan antara keduanya.

Perbedaan Komposisi Bahan
Lotek merupakan makanan khas Jawa yang bisa ditemui dari ujung barat hingga timur pulau tersebut. Penganan ini berupa sayuran rebus yang disiram dengan bumbu kacang. Sama halnya dengan lotek, gado-gado juga berasal dari Pulau Jawa, dan setiap daerah memiliki variasi masing-masing. Terlepas dari persamaan latar belakangnya, perbedaan kedua hidangan ini tidak terbatas pada namanya saja, tetapi juga pada komposisi bahannya.

Isian lotek dan gado-gado memang nyaris sama karena berupa sayuran rebus. Namun, ada beberapa sayur yang wajib ada dalam lotek, seperti bayam, kacang panjang, kapri, dan daun kacang kedelai. Sementara itu, dalam gado-gado, ada pula isian yang disajikan secara mentah, seperti mentimun, tomat, dan daun kemangi. Selain itu, gado-gado kerap ditambahkan bahan lain, seperti telur rebus, kentang rebus, atau jagung. Terakhir ditutup dengan taburan emping.

Ampuh Jaga Berat Badan
Dari segi bumbu, lotek dan gado-gado sama-sama menggunakan saus kacang. Namun, saus kacang dalam lotek mengandung kencur sehingga aromanya terasa menonjol. Sementara itu, gado-gado lebih sederhana karena umumnya hanya berupa kacang tumbuk yang diulek dengan diberi sedikit air hingga mengental. Tidak ada tambahan terasi ataupun daun jeruk untuk menambah gurih. Selain dapat dimakan begitu saja layaknya salad, gado-gado dan lotek juga dapat dimakan dengan ketupat, lontong, nasi, ataupun mi. Tentu saja pilihan ini tergantung selera.

Selain lotek dan gado-gado, masih ada pula pecel dan karedok yang juga nyaris sama. Isian pecel lebih sederhana daripada lotek atau gado-gado, sementara karedok menggunakan sayuran mentah. Keduanya sama-sama menggunakan sambal kacang, tetapi dengan tambahan bumbu yang berbeda sehingga rasanya juga sedikit berbeda. Apa pun namanya, sajian sayuran bersiram kuah kacang ini tentu menyehatkan dan bisa jadi menu untuk Anda yang ingin menjaga berat badan.

The post Sering Dianggap Serupa, Ternyata Ini Bedanya Lotek dan Gado-Gado appeared first on Good Indonesian Food.

]]>
/story/sering-dianggap-serupa-ternyata-ini-bedanya-lotek-dan-gado-gado/feed/ 0
Mi Celor: Kuliner Palembang yang Sederhana Tapi Kaya Rasa /story/mi-celor-kuliner-palembang-yang-sederhana-tapi-kaya-rasa/ /story/mi-celor-kuliner-palembang-yang-sederhana-tapi-kaya-rasa/#respond Mon, 06 Mar 2017 03:10:13 +0000 https://goodindonesianfood.com/?p=8380/ Sajian berkuah kental yang menggiurkan

The post Mi Celor: Kuliner Palembang yang Sederhana Tapi Kaya Rasa appeared first on Good Indonesian Food.

]]>
Jika berbicara mengenai kuliner Palembang, semua orang akan langsung menyebut pempek sebagai hidangan khas ibu kota Sumatera Selatan ini. Selain pempek, ada pula model, lenggang, hingga tekwan. Untuk supnya, masyarakat mungkin lebih mengenal pindang patin yang rasanya asam-asam segar.

Sering Salah Paham
Namun, coba berkunjung ke kedai yang menyajikan makanan asli Palembang. Anda akan menemui satu menu yang namanya mungkin pernah didengar, tetapi tidak terlalu sering. Namanya mi celor. Beberapa orang yang kurang tahu mungkin akan menduga bahwa “celor” merupakan plesetan dari “telor”. Dugaan ini jelas berdasar karena bila melihat tampilannya, memang ada telur di dalamnya. Namun, arti “celor” sendiri ternyata bukanlah seperti yang disangka orang.

Kata “celor” atau juga “celur” memiliki pengertian “seduh”. Jadi, berbeda dengan masakan mi di daerah lain, seperti mi Jawa, mi pada mi celor tidak direbus bersama kuahnya, melainkan hanya disiram. Hal ini dilakukan untuk menjaga tekstur mi agar tetap kenyal dan tidak lembek saat dinikmati. Ukuran mi celor juga berbeda dari mi kebanyakan karena lebih menyerupai udon Jepang dibandingkan mi Indonesia yang cenderung kecil dan tipis. Karena itu, porsi mi celor umumnya tidak terlalu banyak karena tekstur mi yang padat dan besar.

Kaya Rasa
Kuah mi celor memiliki ciri khas tersendiri karena terbuat dari kaldu udang. Bisa berupa ebi (udang kering) atau udang segar yang direbus dengan tambahan santan. Proses ini menghasilkan kuah kaldu yang kaya cita rasa, agak gurih, dan berwarna putih-kekuningan. Dibandingkan mi lain yang kaya topping, mi celor hanya disajikan dengan irisan tauge, telur rebus, dan taburan bawang goreng. Namun, perpaduan kuah dengan mi sudah menciptakan sensasi tersendiri saat menyentuh lidah kita.

Bila penasaran dengan menu ini, bisa mengunjungi Mie Celor 26 Ilir HM Syafei Z kalau kebetulan sedang berkunjung ke Palembang. Di Jakarta, Anda bisa datang ke Martabak Kari H. Abdoel Razak yang berlokasi di Jalan Biak, Roxy. Selamat menikmati mi tebal bersiram kuah udang!

The post Mi Celor: Kuliner Palembang yang Sederhana Tapi Kaya Rasa appeared first on Good Indonesian Food.

]]>
/story/mi-celor-kuliner-palembang-yang-sederhana-tapi-kaya-rasa/feed/ 0