The Culinary Talk – Good Indonesian Food /story Your guide to explore Indonesian cuisine Wed, 03 Apr 2019 13:13:20 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=4.9.10 Chef Jon Priadi: Mengembalikan Popularitas Sorgum /story/chef-jon-priadi-mengembalikan-popularitas-sorgum/ /story/chef-jon-priadi-mengembalikan-popularitas-sorgum/#respond Sun, 21 May 2017 10:00:07 +0000 /?p=9358/ Hampir tak ada lagi orang Indonesia kini yang mengenal sorgum. Jenis biji-bijian yang dulu pernah menjadi bahan makanan utama, terutama di pelosok desa, ini telah tergusur oleh penanaman beras yang masif di awal era Orde Baru. Makanan pokok seperti jagung, ketela, dan sorgum pun tersisih. Ditemui di sela-sela kesibukannya di Ubud FoodFestival 2017, Chef Jon […]

The post Chef Jon Priadi: Mengembalikan Popularitas Sorgum appeared first on Good Indonesian Food.

]]>
Hampir tak ada lagi orang Indonesia kini yang mengenal sorgum. Jenis biji-bijian yang dulu pernah menjadi bahan makanan utama, terutama di pelosok desa, ini telah tergusur oleh penanaman beras yang masif di awal era Orde Baru. Makanan pokok seperti jagung, ketela, dan sorgum pun tersisih.

Ditemui di sela-sela kesibukannya di Ubud FoodFestival 2017, Chef Jon Priadi koki yang meraup ilmu memasak di Australia bertekad ingin mengembalikan masa-masa terbaik sorgum. “Saya mendapatkannya dari Flores. Di sana sudah ada yang mengolah sorgum menjadi tepung,” jelasnya saat menggelar sessi masterclass “Ancient Grains” pada Minggu (14/5/2017) di Casa Luna Cooking School, Ubud.

Jon saat itu mengolah sorgum untuk didampingi dengan beberapa menu, seperti crepes, selai rosela, sambal kenari, dan gnocchi. Menurutnya, kini sorgum mulai dilirik oleh beberapa koki untuk diolah menjadi makanan yang bisa dikombinasikan dengan berbagai macam sajian.

“Di Australia dulu sorgum hanya menjadi pakan ternak, tapi kini sudah mulai diolah untuk berbagai hidangan. Untuk dijadikan salad, misalnya,” terang Chef Jon.

Di Indonesia sendiri sorgum belum banyak dieksplor, padahal menurut penelitian sorgum adalah makanan mengenyangkan yang memiliki kandungan lebih baik dari nasi. Selain rendah karbohidrat, sorgum juga tinggi protein dan disinyalir mampu mencegah kanker.

Foto: mitrainsani.or.id

Dari Mesir ke Indonesia

Sorgum sendiri diperkirakan sudah ada sejak 8.000 tahun lalu di Mesir. Karena jalur perdagangan yang berkembang saat itu, sorgum sempat menjelajah Afrika hingga menjadi populer di Afrika Selatan sebelum masuk ke Asia Selatan melalui India.

Tanaman sorgum termasuk cocok untuk berkembang di Indonesia karena sorgum tak memerlukan banyak air untuk tumbuh. Dalam setahun sorgum mampu menghasilkan beberapa kali panen dan dalam mengolahnya untuk menjadi makanan hanya butuh waktu sekitar 15 hingga 20 menit.

Sepintas, sorgum memang mirip dengan nasi merah, namun sorgum bentuknya lebih bulat. Rasanya pun nyaris serupa dengan nasi jadi sangat memungkinkan untuk menjadi makanan pengganti nasi.

“Sorgum ini sangat sehat, sayangnya masyarakat kita sudah terlanjur menganggap bahwa makan harus selalu dengan nasi,” terang Jon.

“Saat ini tren hidup sehat sudah mulai berkembang dan sudah ada yang tertarik untuk mengembangkan kembali sorgum. Semoga nantinya akan lebih berkembang,” tambah Jon.

The post Chef Jon Priadi: Mengembalikan Popularitas Sorgum appeared first on Good Indonesian Food.

]]>
/story/chef-jon-priadi-mengembalikan-popularitas-sorgum/feed/ 0
Ve Handojo: Sosok Kunci Dibalik ABCD Coffee /story/ve-handojo-sosok-kunci-dibalik-abcd-coffee/ /story/ve-handojo-sosok-kunci-dibalik-abcd-coffee/#comments Tue, 13 Dec 2016 09:00:39 +0000 https://goodindonesianfood.com/?p=7180/ Berangkat dari minimnya edukasi soal kopi

The post Ve Handojo: Sosok Kunci Dibalik ABCD Coffee appeared first on Good Indonesian Food.

]]>
Di Jakarta, tersebar banyak coffee shop atau kedai kopi yang kerap menjadi tempat kumpul anak-anak muda, baik saat hari kerja ataupun di akhir pekan. Aksi ngopi-ngopi ibarat sudah menjadi bagian gaya hidup kaum urban. Ironisnya, tidak banyak orang yang tahu hal-hal mendasar tentang kopi. Melihat kondisi ini, Ve Handojo dan Hendri Kurniawan tergugah untuk membentuk ABCD (A Bunch of Caffeine Dealers) School of Coffee.

Berawal dari kegiatan kecil di Pasar Santa, kini ABCD sudah menghasilkan banyak lulusan yang tidak hanya berjaya di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara. Bagaimana kisah ABCD mengedukasi para calon barista Tanah Air? Simak petikan wawancara kami dengan Ve Handojo berikut ini:

Bisa ceritakan awal berdirinya ABCD Coffee?
ABCD Coffee lahir dari kegelisahan saya dan Hendri Kurniawan, rekan saya, terhadap para anak muda, khususnya di Jakarta, yang kurang paham tentang kopi. Padahal, Indonesia adalah negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia. Karena Hendri punya passion di kopi, akhirnya kami sepakat membangun ABCD Coffee pada 2014. Kami mulai membuka kelas kecil-kecilan melalui Instagram. Dulu, kami berkegiatan di Pasar Santa, tapi karena peminatnya yang mulai banyak, kami putuskan pindah ke Gondangdia. Kami juga punya coffee shop bernama Ruang Seduh Kemang. Di sini, para pengunjung yang datang kami tawarkan untuk ikut belajar menyeduh kopi atau membuat latte art sendiri.

Siapa saja peserta yang umumnya belajar di ABCD Coffee?
Biasanya peserta kami adalah orang-orang yang berniat membuka coffee shop atau orang yang akan melanjutkan studi ke luar negeri. Dengan mempelajari hal-hal mendasar mengenai kopi di ABCD Coffee, mereka bisa melamar kerja menjadi barista dan mendapat penghasilan tambahan di luar. Kami juga tidak membatasi umur peserta, mulai dari yang 11 tahun hingga sudah tua sekalipun. Banyak peserta yang mendaftar ke ABCD tanpa tahu apa-apa soal kopi. Ada juga yang tidak suka minum kopi, tapi hanya ingin tahu soal kopi. Saat ini, jumlah angkatan ABCD Coffee sudah 181 dengan total peserta sekitar 500-an orang karena satu batch hanya lima orang.

Founder ABCD Coffee Ve Handojo Founder ABCD Coffee Ve Handojo

Apa saja pendidikan yang diajarkan di ABCD Coffee?
Edukasi yang kami sebarkan bisa dibilang masih jauh dari lengkap dan lebih bersifat fundamental, misalnya mengenal kopi, perbedaan antara Robusta dan Arabica, alasan kopi disukai orang, benar atau tidaknya minum kopi bisa bikin susah tidur, benar atau tidaknya kopi tidak baik untuk lambung. Hal-hal dasar seperti itu. Selama tiga hari, para peserta akan belajar tentang rasa-rasa kopi, cara menyeduh secara manual, cara menuang susu, cara membuat foam, dan lain-lain. Di weekend, kami juga menyediakan kelas satuan, misalnya kelas teori atau kelas seduh manual untuk para pengunjung yang hanya ingin mengikuti satu kelas. Ada juga kelas Master, di mana kami mendatangkan dosen tamu, seperti Juara Dunia Barista.

Bagaimana cara mendaftar ke ABCD Coffee?
Caranya mudah. Mereka yang tertarik bisa menghubungi ABCD Coffee, mengisi formulir, dan membayar biaya kelas seharga Rp5.000.000 untuk kelas paket.

Di antara berbagai jenis kopi, apakah Mas Ve punya kopi favorit?
Sepertinya tidak ada karena segala jenis kopi sudah saya coba. Kalau kopi, saya lebih pilih rasa yang manis-asam daripada pahit.

Mengenai kopi Indonesia, apakah punya rasa tertentu?
Kopi Indonesia sendiri yang jelas tidak bisa benar-benar manis karena tergantung iklim dan elevasi (ketinggian) saat penanamannya. Tapi, masing-masing kopi tidak dapat diklaim rasanya seperti apa karena masih ada faktor lain yang memengaruhi rasa, seperti proses post-harvest, cara me-roasting, cara grinding, dan cara menyeduhnya.

Terakhir, apakah ABCD Coffee tertarik untuk menawarkan kurikulum atau pendidikan ke kampus-kampus?
Ada keinginan ke arah situ, tapi kami ingin mulai dari jenjang yang lebih muda seperti SMP dan SMA agar mereka bisa mendapat edukasi mengenai kopi lebih dini.

Anda dapat membaca artikel ini di The Jakarta Post: Conversation with The Mastermind Behind ABCD Coffee

The post Ve Handojo: Sosok Kunci Dibalik ABCD Coffee appeared first on Good Indonesian Food.

]]>
/story/ve-handojo-sosok-kunci-dibalik-abcd-coffee/feed/ 4
Pak Pong: Si Ahli Sate Klatak /story/pak-pong-si-ahli-sate-klatak/ /story/pak-pong-si-ahli-sate-klatak/#comments Fri, 25 Nov 2016 05:00:23 +0000 https://goodindonesianfood.com/?p=6385 Mengenal pendiri Sate Klatak Pak Pong yang legendaris

The post Pak Pong: Si Ahli Sate Klatak appeared first on Good Indonesian Food.

]]>
Wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta jarang ada yang melewatkan kesempatan singgah ke Sate Klatak Pak Pong. Selain karena terkenal, rasa satenya yang khas membuat lidah seakan-akan terpanggil untuk mencicipinya. Jika dulu ada ungkapan bahwa tidak lengkap ke Yogyakarta tanpa makan gudeg, maka hal yang sama juga bisa diaplikasikan untuk sate kambing ini. Good Indonesian Food (GIF) cukup beruntung dapat berbincang dengan pendirinya, Pak Pong. Berikut ini kutipan wawancara kami:

Bisa ceritakan awal mula warung ini berdiri?
Yang berjualan sate klatak pertama kali itu kakek saya pada 1960-an. Kadang mangkal di pasar malam atau pertunjukan wayang, kadang berkeliling kampung dengan pikulannya. Lama-lama, beliau mendapat kontrakan dan berjualan secara tetap. Karena sering membantu kakek dari kecil, saya jadi tertarik untuk meneruskan usahanya. Karena ayah saya sendiri memiliki usaha bengkel, jadi saya yang melanjutkan usaha kakek. Saya mulai berjualan pada 1997. Awalnya lokasinya kecil, tapi akhirnya saya bisa punya warung yang sekarang ini sejak 2007.

Resep sate klatak Pak Pong sendiri berasal dari mana?
Resepnya turun-temurun dari kakek saya. Sebenarnya, sate klatak itu awalnya hanya menu tambahan. Menu utamanya gulai dan tongseng. Lama-kelamaan, banyak yang memesan klatak dengan kuah gulai dan tongseng. Akhirnya, sekarang malah jadi menu utama bersama dengan tengkleng.

sate pak pong sate kambing pak pong

Sate klatak terkenal karena cara memasaknya yang unik, apakah penggunaan jeruji sepeda ini sudah dari dulu?
Jeruji sepeda sebagai tusuk sate sudah digunakan kakek saya sejak dulu. Dengan jeruji besi, panas yang terhantar bisa maksimal dan matangnya merata. Kalau tusuk bambu, bisa jadi luarnya sudah hangus, tapi dalamnya belum matang. Sekarang, cara memasak ini banyak ditiru orang, tapi bisa dibilang kakek dan saya adalah pelopornya. Sate klatak jadi populer setelah banyak media yang meliput ke warung ini.

Terkenalnya sate klatak membuat orang-orang dari berbagai daerah tertarik mencoba, siapa pelanggan yang paling berkesan bagi Pak Pong?
Banyak pejabat dan artis yang datang untuk mencoba sate klatak, misalnya Ahmad Dhani, Muhaemi Iskandar, Hidayat Nur Wahid, Tukul, Anang, dan masih banyak lagi. Mereka rata-rata penasaran dengan rasa sate klatak.

Apa ciri khas sate klatak Pak Pong yang membuat pelanggan ingin balik lagi?
Pertama itu dagingnya. Saya pilih kambing muda karena dagingnya empuk. Pengunjung juga bisa memilih untuk membuang lemak dan hanya minta daging saja. Selain itu, sebelum dipanggang, sate diberi siraman kemiri, bawang putih, dan garam yang diulek kemudian dilarutkan agar rasanya enak.

Untuk sehari, berapa banyak pengunjung yang datang?
Kalau untuk Sabtu, Minggu, atau liburan, biasanya yang datang banyak wisatawan dari luar kota. Sementara itu, kalau hari Senin-Jumat, penduduk lokal. Karena di sini tempatnya cukup luas, sanggup menampung hingga 100 orang.

The post Pak Pong: Si Ahli Sate Klatak appeared first on Good Indonesian Food.

]]>
/story/pak-pong-si-ahli-sate-klatak/feed/ 4