“Sekali suap, saya dapat merasakan perpaduan asin dan pedas yang memberikan efek ketagihan, sementara seladanya terasa renyah dan segar.“
Sebelum memulai pembahasan kali ini, izinkan saya untuk memberikan penjelasan tentang rujak juhi. Rujak juhi merupakan makanan khas Betawi yang terinspirasi dari kuliner Tiongkok. Terdiri atas sotong kering, selada, mi telur, kentang goreng, dan saus kacang, inilah rujak yang akan membuat Anda terkapar dalam sekali gigit dan membuat Anda memohon untuk mencicipinya lagi. Sayangnya, dengan rasa lezat yang luar biasa, hanya ada sedikit lapak atau toko yang menjual rujak juhi. Salah satunya adalah Pak Misbah.
Setelah mengumpulkan informasi tentang keberadaannya, saya sampai ke sana sekitar jam 2 siang. Saya belum pernah melihat sosoknya, juga tidak tahu-menahu tentang cara dia menjajakan dagangannya. Ketika saya melihat ke sekeliling, seorang perempuan yang duduk di depan gang mendekati saya. “Misbah belum datang. Kembalilah ke sini sekitar jam 3 atau 4 sore,” katanya. Saya pun memutuskan untuk pergi ke tempat lain terlebih dahulu.
Ketika saya sampai ke sana lagi, saya melihat gerobak berwarna hijau terparkir di depan SMPN 72 Jakarta, lengkap dengan meja kayu panjang dan jejeran kursi plastik yang ditata di samping selokan. Pak Misbah—menggunakan polo shirt dan sepatu—terlihat sedang sibuk meracik seporsi rujak juhi untuk pelanggannya. Saya menyapanya, yang dibalas dengan senyuman, kemudian dia menyiapkan pesanan saya.
Saya melihat bumbu yang sama yang sudah saya sebut di awal artikel ini yang digunakan oleh Pak Misbah untuk meracik rujak juhinya. Sekali suap, saya dapat merasakan perpaduan asin dan pedas yang memberikan efek ketagihan, sementara seladanya terasa renyah dan segar. Rangkaian peristiwa berikutnya yang saya alami saat menyantap rujak juhi memberikan kenangan yang membekas.
Menikmati Rujak Juhi Pak Misbah di sore hari, saya menyaksikan para warga menunjukkan kehangatan yang jarang saya lihat saat tinggal di luar negeri selama beberapa tahun. Ketika Pak Misbah menyerahkan segelas air hangat kepada saya, saya melihat sekeliling dan melihat anak-anak tertawa lepas sembari bermain bola di jalanan kosong. Beberapa warga bercakap-cakap dan tertawa bersama Pak Misbah, yang saya curi dengar sedang berbincang tentang tetangga baru mereka. Pemandangan ini tidak bisa saya dapatkan setiap hari.
Setelah menghabiskan makanan, saya memperkenalkan diri kepada Pak Misbah. Dia langsung meminta maaf dengan gestur yang sopan atas keterlambatannya. “Saya biasanya buka jam 2 siang, tapi karena satu hal saya datang terlambat hari ini,” ujarnya. Dia menjelaskan bahwa dia adalah generasi ketiga dari keluarganya yang menjual rujak juhi. Bisnis tersebut sebenarnya dimulai oleh keluarga istrinya, lebih tepatnya, kakek dari istrinya. Dia tidak begitu yakin kapan bisnis tersebut dimulai, tetapi dia telah menjalankannya sejak 1989.
Ketika menyadari kalau yang sedang berbicara dengannya adalah jurnalis, dia menjadi lebih bersemangat untuk berbagi mengenai pengetahuannya tentang rujak juhi. “Saya juga menjual berbagai jenis rujak juhi, mulai dari Rabu sampai Jumat. Isinya sungut dan sirip sotong, yang dimasak menggunakan kecap manis,” ujarnya.
Saat saya mengucapkan salam kepada Pak Misbah dan menuju jalanan utama untuk mencari taksi, saya merasakan perasaan hangat di perut dan hati saya. Rujak juhi itu benar-benar ajaib.
By Jessicha Valentina
Jl.Petojo Binatu Raya, Jakarta
Telp: (021) 6385512
Senin hingga Sabtu, buka pukul 14.00-19.00 WIB
Rp16.000/US$1,20
NO COMMENT