Melihat hiruk pikuk suasana sore menjelang malam di bilangan Jalan Sabang membuat kita hanya bisa menggelengkan kepala. Padatnya kendaraan yang melintas ditambah jejeran gerobak dan warung tenda yang menjejali dua sisi jalan menjadikan daerah ini cukup sesak. Namun, itu tidak menghentikan langkah para pemburu kuliner ibu kota untuk bertandang ke sini. Salah satu tempat makan favorit di daerah ini yang tak pernah kekurangan pengunjung adalah Sate Lamongan Jaya Agung.
Usaha yang dirintis Pak Jali dari bawah ini dimulai sejak 1970. Pada awalnya, Pak Jali berjualan sate di emperan jalan, tepatnya di sebelah gedung Sarinah. Seiring waktu bergulir disertai bertambahnya jumlah peminat racikan tangan dingin Pak Jali yang memang menggiurkan, beliau memutuskan untuk memindahkan usahanya ke tempat yang lebih memadai. Tepatnya pada 1975, berdirilah warung Sate Lamongan Jaya Agung di lokasi yang bertahan hingga hari ini.
Menemukan warung Sate Lamongan Jaya Agung amatlah mudah. Selain tempatnya yang tepat di pojokan titik bertemunya Jalan Wahid Hasyim dan Jalan Sabang, ramainya pengunjung di sana serta kepulan asap yang membumbung dari tempat pemanggang sate cukup jelas terlihat dari kejauhan. Satu hal yang patut diacungi jempol dari pelayanan di warung sederhana ini adalah sebanyak apa pun orang yang berkunjung, kecepatan penyajian setiap pesanan cukup memuaskan.
Kelezatan yang ditawarkan di setiap tusuk sate kambing dan ayam yang sudah tersohor ini memang tidak perlu dipertanyakan lagi. Entah proses magis apa yang dilakukan sebelum pemanggangan yang membuat tingkat kekenyalan, baik daging kambing maupun ayamnya, begitu sempurna. Bumbu kacang yang tersedia memberikan perpaduan rasa manis dan gurih yang pas di lidah. Tidaklah mengherankan bila setiap hari tempat ini dipadati penggemar setianya.
Tim kami pun membawa pulang kesan baik yang mendalam dari kunjungan singkat di tempat ini. Terpuaskan dengan nikmatnya sate olahan juru masak di sini, kami tergerak untuk mencicipi beberapa hidangan lainnya. Satu hidangan yang berhasil membuat kami semua mengganguk setuju dengan kelezatannya adalah gulai kambingnya. Kuahnya yang tidak terlalu kental, tapi gurih, berpadu apik dengan potongan-potongan daging kambingnya yang empuk. Tidak ada jejak bau menyengat dalam hidangan tersebut. Tambahan perasan jeruk nipis, sejumput garam dan sesendok sambal membuat semangkuk sup sederhana ini terasa bak sajian surgawi.
Anda juga bisa membaca artikel ini di The Jakarta Post:The tender star satay of Jl. Sabang
Jl. Wahid Hasyim No.56C, Jakarta
Buka setiap hari, pukul 10.00-02.00 WIB
Rp40.000/US$3 per orang
NO COMMENT